Rabu, 13 Mei 2015

Ini hanya soal pola pikir saja

Setinggi apapun pangkat anda, Anda hanyalah seorang pegawai.
Sekecil apapun usaha yang anda punya, anda adalah bosnya.

- Bob Sadino -



Setiap orang tentu ingin kuliah, namun apa tujuan mereka kuliah? Hampir kebanyakan beralasan karena ingin mencari pekerjaan yang enak atau dengan gaji yang tinggi, itu alasan primer (hampir semua beranggapan bahwa lulusan sarjana akan mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, gaji yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang hanya sekedar lulusan SMA / SMK). Alasan sekunder, agar lebih berwibawa, punya predikat gelar yang bisa dibanggakan. Atau yang lebih parah, hanya sekedar ikut – ikut teman atau mencari gengsi.

Namun apakah ada yang semata – mata berkuliah karena ingin membuat pekerjaan, katakanlah konsep? Adakah para mahasiswa – mahasiswa yang setelah lulus kuliah ingin membuat pekerjaan, konsep, atau hal – hal baru demi memajukan ekonomi orang banyak? Nyaris tidak ada. Padahal jika dibandingkan dengan sarjana – sarjana jaman dulu yang aksesibilitasnya rendah dan sulit, namun banyak dari mereka dapat menghasilkan konsep – konsep yang bermanfaat. Sebut saja Einstein dengan Relativitasnya, Newton dengan Hukum Geraknya, Alfa Edison dengan lampu bohlamnya, atau Haber – Bosch yang mampu membuat pabrik sebesar kota dan mempekerjakan ratusan ribu manusia. Dan masih banyak para sarjana – sarjana era revolusi industri yang benar – benar mendedikasikan dirinya, membuat penemuan, konsep, ataupun pekerjaan untuk kepentingan orang banyak.

Banyak aku lihat kawan – kawanku para sarjana yang menganggur, tidak segera mendapat pekerjaan, mengecewakan embel – embel gelar yang disematkan. Aku sebenarnya kasihan dengan meraka. Hal ini menurutku karena mindset mereka sendiri adalah mencari kerja, bukan pembuat kerja. Pelaksana, bukan konseptor. Banyak diantara kawan – kawanku yang sewaktu ingin berkuliah bingung memilih fakultas yang peluang kerjanya besar. Atau yang sedang kuliah dengan fakultas yang sudah mantap dipilih pun masih bingung ingin kerja dimana setelah lulus. Bisa disimpulkan secara subjektif bahwa kebingungan mereka sebenarnya didasarkan pada mindset yang sudah ditanamkan sejak awal. Yaitu mencari kerja, menjadi pelaksana pada suatu hal yang sudah terkonsep. Bukan pembuat kerja, membuat konsep untuk selanjutnya mencari orang agar melaksanakan konsep kita.

Aku sendiri meskipun menulis seperti ini juga tidak memungkiri bahwa saat ini aku pun masih menjadi pelaksana konsep orang, alias pekerja. Namun meskipun begitu, aku tidak ingin selamanya menjadi pekerja. Aku saat ini sudah mulai merintis usahaku sendiri dibidang penangkaran. Yaitu menangkar burung Lovebird. Alasan aku memilih usaha menangkar burung Lovebird adalah disamping aku suka burung, juga karena nilai jual burung Lovebird yang tinggi dan perawatannya relatif mudah.  Aku sudah mencari informasi secara literatur ataupun melakukan interview dengan para breeder yang aku kenal mengenai cara menangkar Lovebird. Dari mulai pemilihan indukan, proses penjodohan, pengembangbiakan, dan permasalahan – permasalahan seputar menangkar lovebird. Memang dalam bisnis penangkaran seperti ini hasil yang didapat bersifat jangka panjang. Namun aku yakin, untuk orang yang sudah hobby atau suka pada suatu hal, lalu menjadi bisnis, hasil secara materi pasti dinomorduakan, alias tidak diprioritaskan. Namun bukan berarti aku mengesampingkan materi lalu berbisnis secara asal – asalan, karena dasar orang berbisnis adalah tetap mencari keuntungan. Usahaku ini memang berdasar pada hobby atau kesenangan, bukan karena ilmu yang aku dapat dari bangku sekolah.

Entah kenapa aku memang suka berbisnis. Jiwa bisnisku mulai timbul saat aku duduk di bangku SMK. Saat itu aku berbisnis dengan menjadi reseller pakaian – pakaian dari suatu distro di Bogor. Aku jadi reseller untuk di wilayah Semarang. Sistemnya secara online. Jika ada yang memesan, langsung aku link kan. Aku mendapat keuntungan jika ada yang memesan. Satu lagi bisnisku waktu SMK adalah menjual stiker tulisan – tulisan yang sekiranya bagus untuk ditempel di helm, ataupun laptop. Membuat desainnya, memasukkan ke sticker printing, lalu menjualnya ke kelas – kelas. Hasilnya lumayan, cukup lah buat pacaran. Saat itu aku berbisnis memang tidak aku niati secara serius. Hanya untuk kesenangan dan mengisi waktu luang saja.

Mungkin salah satu alasan aku suka berbisnis adalah karena turunan sifat dari ibuku. Ibuku pun juga seorang pebisnis di bidang makanan. Yaitu produksi aneka macam gorengan, dan jajanan – jajanan. Lalu mendistribusikannya ke warung – warung terdekat. Terkadang juga melayani pesanan dalam jumlah besar dari tetangga ataupun kerabat. Juga melayani pesanan otak – otak ataupun bandeng presto dalam jumlah besar. Pendapatannya juga lumayan. Aku taksir omset sebulan bisa 3 – 5 jeti. Mungkin teman – teman pembaca blog jika ingin memesan gorengan, jajanan ataupun makanan olahan bandeng untuk acara pesta, arisan, ulang tahun, nikahan, sunatan, lelayu, dll bisa menghubungi saya di 089667851089 / 754C493B. Jika ada yang berpikir, “ujung – ujungnya promosi”. Memang, aku memang sedang promosi. Karena dalam berbisnis, promosi merupakan hal yang penting. Bisnis tanpa promosi ibarat seorang yang cerdas namun bisu. Punya konsep, namun tidak bisa atau kesulitan menyampaikan konsep itu ke orang lain.

Aku sendiri untuk saat ini masih belum kuliah, dan hanya lulusan SMK. Jujur, akupun ingin kuliah. Dan ingin memilih jurusan Teknik. Aku tidak munafik bahwa alasan aku ingin berkuliah dan memilih jurusan teknik adalah karena peluang kerjanya besar (menurut aku), disamping dorongan orang tua yang ingin anaknya lebih baik dari mereka (kedua orangtuaku hanya lulusan SMA). Aku berpikir bahwa dengan bekerja dulu, aku dapat segera mencari modal untuk mengembangkan usaha. Memang dalam berbisnis, modal bukanlah hal yang utama. Yang utama adalah kemauan. Namun sulit rasanya jika berbisnis tidak punya modal.

 Sebenarnya aku ingin menulis lagi tentang pandangan manusia. Objektif, subjektif, dan sebagainya. Namun mata ini sudah begitu lelah untuk tetap terbuka. Mungkin besok...


Semarang, 12 Januari 2015
22:06 WIB
Salman Al Faraisyi

Kamis, 22 Januari 2015

Mapping Area Pelabuhan Tanjung Emas Semarang

Pelabuhan Tanjung Emas adalah sebuah pelabuhan di Semarang, Jawa Tengah. Pelabuhan Tanjung Emas dikelola oleh PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) sejak tahun 1985. Pelabuhan ini merupakan satu – satunya pelabuhan di kota Semarang. Pekerja di kawasan Pelabuhan Tanjung Emas Semarang meliputi Anak Buah Kapal (ABK), supir truk, karyawan perusahaan, dan TKBM. Kesemuanya rata – rata berusia produktif dan mobilitasnya cukup tinggi. Terlebih sopir truk dan Anak Buah Kapal yang sering keluar kota bahkan pulau selama berhari – hari atau bulan yang menjadikannya jauh dari keluarga atau pasangan dan sangat beresiko tertular HIV/AIDS atau Infeksi Menular Seksual (IMS) Melalui transaksi seksual. Keadaan ini diperparah dengan opini masyarakat Semarang bahwa di kawasan Pelabuhan Tanjung Emas merupakan pusat transaksi seksual di kawasan semarang utara. Banyak tempat – tempat  akses transaksi seksual di kawasan pelabuhan yang kebanyakan secara sembunyi – sembunyi dan samar seperti di sekitaran Fly Over  yang berkedok cafe karaoke. Terlebih menurut penuturan para sopir truk di kawasan SRIBOGA pada malam hari banyak dijumpai para Pekerja Seks Komersil (PSK) yang menyamar menjadi penjual jamu gendong yang selain menjajakan dagangan jamunya juga ‘nyambi’ menjajakan seks. Yang paling menjadi tempat favorit para penjaja seks berkedok jamu gendong menjajakan ‘dagangannya’ adalah di kawasan SRIBOGA. Di kawasan ini terdapat belasan truk yang sedang antri menunggu DO (Delivery Order) Tepung yang akan didistribusikan dari PT. SRIBOGA ke seluruh pulau Jawa. Jumlah truk yang sedang antri menunggu DO bisa mencapai belasan truk tergantung produksi, bahkan bisa mengantri sampai berhari – hari. Tak ayal banyak para penjaja seks berkedok jamu gendong yang memanfaatkan situasi sepeti ini untuk menjajakan ‘dagangannya’.
Berikutnya di kawasan pelabuhan yang banyak truk bongkar muat adalah di Pos 1. Di kawasan ini merupakan tempatnya kapal – kapal phinisi melakukan bongkar muat berupa bahan – bahan keperluan rumah tangga dan sembako yang kemudian didistribusikan dari pulau Jawa ke pulau Kalimantan. Populasi truk yang melakukan bongkar muat di kawasan ini cukup banyak, bisa mencapai 20 – 25 truk perhari. Di kawasan pos 1 ini dulunya terdapat suatu paguyuban supir truk yang bernama “Pager Mas” dengan anggota sekitar 100 orang. Keanggotaan paguyuban ini sudah terstruktur dan diketuai oleh Pak Setyoko dimana sering mengadakan pertemuan – pertemuan untuk membahas berbagai masalah seputar bongkar muat. Namun saat ini menurut penuturan beberapa anggota, paguyuban ini sudah bubar dikarenakan masalah internal. Para sopir truk dikawasan pos 1 ini biasanya menunggu bongkar muat di warung – warung yang banyak berjejer di kawasan Pos 1. Terdapat sekitar 8 warung yang ada di kawasan Pos 1 dan di sana dapat kita temui para supir truk sedang menunggu bongkar muat atau sekedar nongkrong bersama teman – teman supir.

Ada juga di Kawasan Dermaga Kamla. Populasi supir truk perhari bisa mencapai 15 yang antri bongkar muat. Selain supir truk disana juga terdapat populasi TKBM yang berkisar 30 orang dan ABK. Di kawasan Dermaga Kamla ini biasanya supir truk menunggu bongkar muat bukan di warung – warung seperti di Pos 1 tetapi di dalam atau dipinggiran truknya masing – masing. Hal ini di karenakan sedikitnya jumlah warung yang ada di kawasan Dermaga Kamla. 

Senin, 18 Agustus 2014

Akan masuk kemanakah manusia yang seperti ini? Surga atau Neraka?

Hampir setiap manusia yang beragama menemukan agamanya karena faktor dari keluarga, terlebih orang tua. Orang tua sangat berperan dalam penentuan akan beragama apakah seorang manusia. Jika orang tuanya Muslim, sudah dapat dipastikan bahwa anaknya pun juga akan Muslim. Jika orang tuanya Kristen, sudah dapat dipastikan bahwa anaknya pun juga akan Kristen. Apapun agamanya, apapun kepercayaannya, sudah dapat dipastikan begitu. Agama orang tua, agama anak juga. Kepercayaan orang tua, kepercayaan anak juga.

Hal ini hampir pasti terjadi. Karena jika dilihat menurut hemat saya, dari sisi orang tua, orang tua pasti tidak akan rela anaknya berlainan agama. Orang tua pasti beranggapan bahwa agama yang dianutnya itu baik, dan sudah menjadi sifat orang tua untuk selalu mengajarkan kebaikan kepada anaknya. Jika si anak ini malah berlainan agama, orang tuanya pasti akan merasa gagal dalam mendidik dan mengajarkan kebaikan kepada anaknya. Merasa gagal terhadap Tuhan, dan merasa gagal terhadap lingkungannya. Dari sisi si anak, anak pasti sudah didoktrin oleh orang tua tentang agama yang dianutnya sejak lahir.  Tentu saja seorang anak kecil pasti akan takut dan dianggap durhaka jika menentang perintah orang tua, terlebih jika mempunyai orang tua yang otoriter. Dengan cara seperti ini tidak terbuka kemungkinan bagi anak untuk berpikir mengenai agama yang lain karena sudah didoktrin sejak lahir jika agama yang dianut orang tuanya itu benar.

Namun kiranya hal ini tidak jadi masalah jika seorang manusia terlahir dari orang tua yang beragama benar. Aku percaya jika di dunia ini, dari sekian banyak kepercayaan dan agama, hanya ada satu agama yang memang benar-benar agama yang benar. Beruntung seorang manusia yang terlahir dari orang tua yang beragama benar, karena selain Neraka dia akan mendapat pilihan lain akan kemanakah dia di kehidupan selanjutnya, yaitu Surga. Tentu saja setiap manusia yang beragama pasti ingin masuk Surga. Namun tidak menutup kemungkinan manusia yang lahir dari orang tua yang beragama benar akan masuk Neraka karena tidak menjalankan agama dengan benar ataupun berpindah agama. Tapi setidaknya dia dapat kesempatan untuk masuk Surga. Inilah beruntungnya manusia yang terlahir dari keluarga yang beragama benar, dia berkesempatan besar masuk Surga. Lain halnya jika seorang manusia terlahir dari orang tua yang beragama salah. Dia sudah dapat dipastikan masuk Neraka, karena beragama dan menyembah Tuhan yang salah. Namun dia masih berkesempatan masuk Surga jika dia sadar agama yang dianutnya itu salah dan segera berpindah ke agama yang benar. Tentu saja jika si anak itu sudah dewasa dengan pemikiran yang matang  dan dia merasa tidak nyaman dengan agama sebelumnya sehingga mencari dan berpindah ke agama yang benar.

Dan yang jadi pertanyaan besar saya adalah bagaimana jika seorang manusia terlahir dari orang tua yang tidak beragama. Tidak beragama bukan karena dia tidak percaya dengan agama, melainkan karena ketidaktahuan orang tuanya jika di dunia ini ada yang namanya agama. Tentu saja si anak pun sudah pasti akan ikut tidak beragama karena tidak pernah diajarkan agama oleh orang tuanya, yang si orang tua sendiri pun tidak tahu jika ada yang namanya agama. Dia hanya hidup namun tubuhnya kering akan  rohani karena tidak ada yang memberi siraman rohani kepadanya. Dia hanya hidup namun tidak ada yang datang kepadanya dan memberi risalah tentang agama kepadanya.

Akan masuk kemanakah manusia yang seperti ini? Surga atau Neraka?. Jika dia masuk Surga, tentu ini tidak adil bagi umat beragama. Dia tidak beragama, tidak beribadah, tidak menyembah, lantas masuk Surga. Padahal banyak umat beragama yang beribadah, menyembah dengan tekun, namun masih belum tentu masuk Surga. Akan terjadi kecemburuan sosial umat beragama terhadap Tuhan jika hal ini terjadi. Dan jika dia masuk Neraka, ini tentu tidak adil bagi dirinya (orang yang tidak beragama karena ketidaktahuannya akan adanya agama). Dia hidup, namun Tuhan tidak pernah mengirimkan risalah keagamaan kepadanya, sehingga dia masuk Neraka karena tidak beragama. Padahal dia tidak beragama karena Tuhan tidak mengirimkan manusia, nabi, ataupun tanda-tanda akan adanya agama sehingga dia tidak tahu akan adanya agama di dunia ini. Sekali lagi, akan masuk kemanakah manusia yang seperti ini? Akan dikelompokkan ke golongan manakah manusia yang seperti ini?

Kiranya Tuhan tentu sangat adil terhadap semua makhluk ciptaannya dan Dia tentunya sudah memutuskan setiap perkara makhluk ciptaannya dengan seadil-adilnya. Semoga aku tidak berdosa karena menanyakan hal ini.


Salman Al Farisyi 

Selasa, 06 Mei 2014

Burung Gagak



Aku berusaha untuk mengubah kehidupanku tapi aku tidak tahu apa yang harus kulakukan untuk mengubahnya.
Kau memotong ingatanku dengan pisau jahatmu.
Mimpiku telah datang untuk membunuhku dan aku tahu aku tidak dapat menghindarinya.
Kau memberiku sesuatu yang menghancurkanku.

Mungkin inilah saatnya aku berkata aku membencimu dan aku ingin sekali membunuhmu.
Dengan rasa sakit dan air mataku.
Karena kau telah menghancurkan hatiku dan sudah melupakanku.
Ini adalah hal terburuk yang harus kulakukan.
Dan aku tidak akan pernah jatuh lagi hingga berakhirnya waktu.
Aku menyebut ini, “inilah akhir dari perasaanku”.

Waktuku terus berlalu.
Dan sekarang, aku harus meninggalkanmu.
Karena kau telah memotong ingatanku dengan pisau jahatmu.
Karena kau telah memberiku sesuatu yang menghancurkanku.

Mungkin inilah saatnya aku berkata aku membencimu dan aku ingin sekali membunuhmu.
Dengan rasa sakit dan air mataku.
Karena kau telah menghancurkan hatiku dan sudah melupakanku.
Ini adalah hal terburuk yang harus kulakukan.
Dan aku tidak akan pernah jatuh lagi hingga berakhirnya waktu.
Jadi aku harus menyebut ini, “It sucks!”.

Ini sungguh menyakitkan ketika aku membuka mataku.
Kau mati dan berjalan di dalam jalan kegelapan.

Aku akan tetap berdiri di atas rasa sakitku.
Hingga membawaku ke kematian.
Burung gagak telah mengelilingiku.
Untuk membawaku ke tempat terakhirku.

Sabtu, 30 Maret 2013

KEGILAAN

Aku tidak mengerti semua ingatan ini diluar batinku.
Dan sepertinya kegilaan sudah mulai berkembang.
Aku berusaha keras untuk merelakan mu pergi.
Tapi sepertinya kegilaan telah menelanku.
Akhirnya aku melihat cahaya.
Akhirnya aku telah menyadari apa yang kau maksud.
Dan sekarang, aku perlu tahu apa ini cinta sejati atau hanya kegilaan belaka.
Dan saat aku melihat ke masa lalu.
Semua pertengkaran yang telah kita lakukan, terlihat seperti kegilaan yang telah menguasai.
Namun sekarang akhirnya aku melihat cahaya.
Dan aku menyadari apa yang engkau butuhkan.
Akhirnya aku melihat hasilnya.
Dan aku berharap kau peduli, tapi ternyata tidak.
Tapi akhirnya aku melihat cahaya.
Dan akhirnya aku menyadari.
Aku ingin dicinta. Aku ingin dicinta.
Datanglah pada ku, walau hanya dalam mimpi.
Datanglah dan selamatkan aku.
Ya aku tahu aku salah.
Dan sayang, ku terlalu keras kepala.
Cinta kita memang gila

27 Agustus 2012

Senin, 01 Oktober 2012

Detik - Detik Kepergian Pak Karno

Sama Kayak post sebelumnya, dari catatan Salman Al farisyi

Sedari pagi, suasana
mencekam sudah terasa.
Kabar yang berhembus
mengatakan, mantan Presiden
Soekarno akan dibawa ke
rumah sakit ini dari rumah
tahanannya di Wisma Yaso
yang hanya berjarak lima
kilometer.
Malam ini desas-desus itu
terbukti. Di dalam ruang
perawatan yang sangat
sederhana untuk ukuran
seorang mantan presiden,
Soekarno tergolek lemah di
pembaringan. Sudah beberapa
hari ini kesehatannya sangat
mundur. Sepanjang hari, orang
yang dulu pernah sangat
berkuasa ini terus
memejamkan mata. Suhu
tubuhnya sangat tinggi.
Penyakit ginjal yang tidak
dirawat secara semestinya kian
menggerogoti kekuatan
tubuhnya.
Lelaki yang pernah amat
jantan dan berwibawa-dan
sebab itu banyak digila-gilai
perempuan seantero jagad,
sekarang tak ubahnya bagai
sesosok mayat hidup. Tiada
lagi wajah gantengnya. Kini
wajah yang dihiasi gigi
gingsulnya telah membengkak,
tanda bahwa racun telah
menyebar ke mana-mana.
Bukan hanya bengkak, tapi
bolong-bolong bagaikan
permukaan bulan. Mulutnya
yang dahulu mampu menyihir
jutaan massa dengan pidato-
pidatonya yang sangat
memukau, kini hanya terkatup
rapat dan kering. Sebentar-
sebentar bibirnya gemetar.
Menahan sakit. Kedua
tangannya yang dahulu
sanggup meninju langit dan
mencakar udara, kini tergolek
lemas di sisi tubuhnya yang
kian kurus.
Sang Putera Fajar tinggal
menunggu waktu.
Dua hari kemudian, Megawati,
anak sulungnya dari Fatmawati
diizinkan tentara untuk
mengunjungi ayahnya.
Menyaksikan ayahnya yang
tergolek lemah dan tidak
mampu membuka matanya,
kedua mata Mega menitikkan
airmata. Bibirnya secara
perlahan didekatkan ke telinga
manusia yang paling
dicintainya ini.
“Pak, Pak, ini Ega…”
Senyap.
Ayahnya tak bergerak. Kedua
matanya juga tidak membuka.
Namun kedua bibir Soekarno
yang telah pecah-pecah
bergerak-gerak kecil, gemetar,
seolah ingin mengatakan
sesuatu pada puteri sulungnya
itu. Soekarno tampak
mengetahui kehadiran
Megawati. Tapi dia tidak
mampu membuka matanya.
Tangan kanannya bergetar
seolah ingin menuliskan
sesuatu untuk puteri
sulungnya, tapi tubuhnya
terlampau lemah untuk
sekadar menulis. Tangannya
kembali terkulai. Soekarno
terdiam lagi.
Melihat kenyataan itu,
perasaan Megawati amat
terpukul. Air matanya yang
sedari tadi ditahan kini menitik
jatuh. Kian deras. Perempuan
muda itu menutupi hidungnya
dengan sapu tangan. Tak kuat
menerima kenyataan,
Megawati menjauh dan
limbung. Mega segera dipapah
keluar.
Jarum jam terus bergerak. Di
luar kamar, sepasukan tentara
terus berjaga lengkap dengan
senjata.
Malam harinya ketahanan
tubuh seorang Soekarno
ambrol. Dia coma. Antara
hidup dan mati. Tim dokter
segera memberikan bantuan
seperlunya.
Keesokan hari, mantan wakil
presiden Muhammad Hatta
diizinkan mengunjungi kolega
lamanya ini. Hatta yang
ditemani sekretarisnya
menghampiri pembaringan
Soekarno dengan sangat hati-
hati. Dengan segenap kekuatan
yang berhasil dihimpunnya,
Soekarno berhasil membuka
matanya. Menahan rasa sakit
yang tak terperi, Soekarno
berkata lemah.
“Hatta.., kau di sini..?”
Yang disapa tidak bisa
menyembunyikan
kesedihannya. Namun Hatta
tidak mau kawannya ini
mengetahui jika dirinya
bersedih. Dengan sekuat
tenaga memendam kepedihan
yang mencabik hati, Hatta
berusaha menjawab Soekarno
dengan wajar. Sedikit
tersenyum menghibur.
“Ya, bagaimana keadaanmu,
No?”
Hatta menyapanya dengan
sebutan yang digunakannya di
masa lalu. Tangannya
memegang lembut tangan
Soekarno. Panasnya menjalari
jemarinya. Dia ingin
memberikan kekuatan pada
orang yang sangat
dihormatinya ini.
Bibir Soekarno bergetar, tiba-
tiba, masih dengan lemah, dia
balik bertanya dengan bahasa
Belanda. Sesuatu yang biasa
mereka berdua lakukan ketika
mereka masih bersatu dalam
Dwi Tunggal.
“Hoe gaat het met jou…?”
Bagaimana keadaanmu?
Hatta memaksakan diri
tersenyum. Tangannya masih
memegang lengan Soekarno.
Soekarno kemudian terisak
bagai anak kecil.
Lelaki perkasa itu menangis di
depan kawan seperjuangannya,
bagai bayi yang kehilangan
mainan. Hatta tidak lagi
mampu mengendalikan
perasaannya. Pertahanannya
bobol. Airmatanya juga
tumpah. Hatta ikut menangis.
Kedua teman lama yang
sempat berpisah itu saling
berpegangan tangan seolah
takut berpisah. Hatta tahu,
waktu yang tersedia bagi orang
yang sangat dikaguminya ini
tidak akan lama lagi. Dan
Hatta juga tahu, betapa
kejamnya siksaan tanpa
pukulan yang dialami
sahabatnya ini. Sesuatu yang
hanya bisa dilakukan oleh
manusia yang tidak punya
nurani.
“No…”
Hanya itu yang bisa terucap
dari bibirnya. Hatta tidak
mampu mengucapkan lebih.
Bibirnya bergetar menahan
kesedihan sekaligus
kekecewaannya. Bahunya
terguncang-guncang.
Jauh di lubuk hatinya, Hatta
sangat marah pada penguasa
baru yang sampai hati
menyiksa bapak bangsa ini.
Walau prinsip politik antara
dirinya dengan Soekarno tidak
bersesuaian, namun hal itu
sama sekali tidak merusak
persabatannya yang demikian
erat dan tulus.
Hatta masih memegang lengan
Soekarno ketika kawannya ini
kembali memejamkan
matanya.
Jarum jam terus bergerak.
Merambati angka demi angka.
Sisa waktu bagi Soekarno kian
tipis.
Sehari setelah pertemuan
dengan Hatta, kondisi
Soekarno yang sudah buruk,
terus merosot. Putera Sang
Fajar itu tidak mampu lagi
membuka kedua matanya.
Suhu badannya terus meninggi.
Soekarno kini menggigil. Peluh
membasahi bantal dan
piyamanya. Malamnya Dewi
Soekarno dan puterinya yang
masih berusia tiga tahun,
Karina, hadir di rumah sakit.
Soekarno belum pernah sekali
pun melihat anaknya.
Minggu pagi, 21 Juni 1970.
Dokter Mardjono, salah
seorang anggota tim dokter
kepresidenan seperti biasa
melakukan pemeriksaan rutin.
Bersama dua orang paramedis,
Dokter Mardjono memeriksa
kondisi pasien istimewanya ini.
Sebagai seorang dokter yang
telah berpengalaman,
Mardjono tahu waktunya tidak
akan lama lagi. Dengan sangat
hati-hati dan penuh hormat, dia
memeriksa denyut nadi
Soekarno. Dengan sisa
kekuatan yang masih ada,
Soekarno menggerakkan
tangan kanannya, memegang
lengan dokternya. Mardjono
merasakan panas yang
demikian tinggi dari tangan
yang amat lemah ini. Tiba-tiba
tangan yang panas itu terkulai.
Detik itu juga Soekarno
menghembuskan nafas
terakhirnya. Kedua matanya
tidak pernah mampu lagi untuk
membuka. Tubuhnya tergolek
tak bergerak lagi. Kini untuk
selamanya.
Situasi di sekitar ruangan
sangat sepi. Udara sesaat
terasa berhenti mengalir.
Suara burung yang biasa
berkicau tiada terdengar.
Kehampaan sepersekian detik
yang begitu mencekam.
Sekaligus menyedihkan.
Dunia melepas salah seorang
pembuat sejarah yang penuh
kontroversi. Banyak orang
menyayanginya, tapi banyak
pula yang membencinya.
Namun semua sepakat,
Soekarno adalah seorang
manusia yang tidak biasa. Yang
belum tentu dilahirkan kembali
dalam waktu satu abad.
Manusia itu kini telah tiada.
Dokter Mardjono segera
memanggil seluruh rekannya,
sesama tim dokter
kepresidenan. Tak lama
kemudian mereka
mengeluarkan pernyataan
resmi: Soekarno telah
meninggal.
Berita kematian Bung Karno
dengan cara yang amat
menyedihkan menyebar ke
seantero Pertiwi. Banyak orang
percaya bahwa Bung Karno
sesungguhnya dibunuh secara
perlahan oleh rezim penguasa
yang baru ini. Bangsa ini benar-
benar berkabung. Putera Sang
Fajar telah pergi dengan status
tahanan rumah. Padahal dia
merupakan salah satu
proklamator kemerdekaan
bangsa ini dan menghabiskan
25 tahun usia hidupnya
mendekam dalam penjara
penjajah kolonial Belanda demi
kemerdekaan negerinya.

Akhir Pemerintahan Pak Karno

Tulisan ini diambil dari catatan facebook Salman Al Farisyi

Semua ajudan menangis saat
tau Bung Karno mau pergi
"Kenapa bapak tidak
melawan''
Taklama setelah mosi tidak
percaya parlemen bentukan
Nasution di tahun 1967 dan
MPRS menunjuk Suharto seba
gai Presiden RI, Bung Karno
menerima
surat untuk segera
meninggalkan Istana dalam
waktu 2 X 24 Jam. Bung
Karno tidak diberi waktu untuk
menginventarisir barang-
barang
pribadinya. Wajah-wajah
tentara yang mengusir Bung
Karno tidak
bersahabat lagi. “Bapak harus
cepat meninggalkan Istana ini
dalam waktu
dua hari dari sekarang!”.
Bung Karno pergi ke ruang
makan dan melihat Guruh
sedang membaca sesuatu di
ruang itu. “Mana kakak-
kakakmu”kata Bung Karno.
Guruh menoleh ke arah
Bapaknya dan berkata
“Merekapergi ke rumah Ibu”.
Rumah Ibu yang dimaksud
adalah rumah Fatmawati
diJalan Sriwijaya, Kebayoran
Baru. Bung Karno berkata lagi
“Mas Guruh,Bapak tidak boleh
lagi tinggal di Istana ini lagi,
kamu persiapkanbarang-
barangmu, jangan kamu ambil
lukisan atau hal lain, itu
punyanegara”. Kata Bung
Karno, lalu Bung Karno
melangkah ke arah ruang
tamuIstana disana ia
mengumpulkan semua ajudan-
ajudannya yang setia.
Beberapa ajudannya sudah
tidak kelihatan ia maklum,
ajudan itu sudahditangkapi
karena diduga terlibat
Gestapu. “Aku sudah tidak
bolehtinggal di Istana ini lagi,
kalian jangan mengambil
apapun,
Lukisan-lukisan itu, Souvenir
dan macam-macam barang. Itu
milik negara.
melawan, kenapa dari dulu
bapak tidak melawan…” Salah
satu ajudan
separuh berteriak memprotes
tindakan diam Bung Karno.
“Kalian tau apa,
kalau saya melawan nanti
perang saudara, perang
saudara itu sulit
jikalau perang dengan Belanda
jelas hidungnya beda dengan
hidung kita.
Perang dengan bangsa sendiri
tidak, wajahnya sama dengan
wajahmu…keluarganya sama
dengan keluargamu, lebih baik
saya yang robek
dan hancur daripada bangsa
saya harus perang saudara”.
Tiba-tiba
beberapa orang dari dapur
berlarian saat mendengar
Bung Karno mau
meninggalkan Istana. “Pak
kamu memang tidak ada
anggaran untuk masak,
tapi kami tidak enak bila bapak
pergi, belum makan.kami
patungan dari uang kami untuk
masak agak enak dari
biasanya”. Bung Karno tertawa
“Ah, sudahlah sayur lodeh basi
tiga itu malah enak, kalian
masak sayur lodeh saja. Aku ini
perlunya apa…”
Di hari kedua
saat Bung Karno sedang
membenahi baju-bajunya
datang perwira suruhan
Orde Baru. “Pak, Bapak harus
segera meninggalkan tempat
ini”. Beberapa
tentara sudah memasuki
ruangan tamu dan menyebar
sampai ke ruang makan.
Mereka juga berdiri di depan
Bung Karno dengan senapan
terhunus. Bung
Karno segera mencari koran
bekas di pojok kamar, dalam
pikiran Bung
Karno yang ia takutkan adalah
bendera pusaka akan diambil
oleh tentara.
Lalu dengan cepat Bung Karno
membungkus bendera pusaka
dengan koran
bekas, ia masukkan ke dalam
kaos oblong, Bung Karno
berdiri sebentar
menatap tentara-tentara itu,
namun beberapa perwira
mendorong tubuh Bung
Karno untuk keluar kamar.
Sesaat ia melihat wajah
Ajudannya Saelan dan
Bung Karno menoleh ke arah
Saelan. “Aku pergi dulu” kata
Bung Karno
dengan terburu-buru. “Bapak
tidak berpakaian rapih dulu,
Pak” Saelan
separuh berteriak. Bung Karno
hanya mengibaskan tangannya.
Bung Karno
langsung naik VW Kodok, satu-
satunya mobil pribadi yang ia
punya dan
meminta sopir diantarkan ke
Jalan Sriwijaya, rumah Ibu
Fatmawati.
Di rumah Fatmawati, Bung
Karno hanya duduk seharian
saja di pojokan
halaman, matanya kosong. Ia
meminta bendera pusaka
dirawat hati-hati.
Bung Karno kerjanya hanya
mengguntingi daun-daun di
halaman.
Kadang-kadang ia memegang
dadanya yang sakit, ia sakit
ginjal parah
namun obat yang biasanya
diberikan sudah tidak boleh
diberikan. Sisa
obat di Istana dibuangi. Suatu
saat Bung Karno mengajak
ajudannya yang
bernama Nitri untuk jalan-
jalan. Saat melihat duku, Bung
Karno kepengen
duku tapi dia tidak punya uang.
“Aku pengen duku, …Tru, Sing
Ngelah Pis,
aku tidak punya uang” Nitri
yang uangnya pas-pasan juga
melihat ke
dompetnya, ia merasa
cukuplah buat beli duku sekilo.
Lalu Nitri
mendatangi tukang duku dan
berkata “Pak Bawa dukunya ke
orang yang ada
di dalam mobil”. Tukang duku
itu berjalan dan mendekat ke
arah Bung
Karno. “Mau pilih mana, Pak
manis-manis nih ” sahut tukang
duku dengan
logat betawi kental. Bung
Karno dengan tersenyum
senang berkata “coba
kamu cari yang enak”. Tukang
Duku itu mengernyitkan
dahinya, ia merasa
kenal dengan suara ini. Lantas
tukang duku itu berteriak
“Bapak…Bapak….Bapak…Itu
Bapak…Bapaak” Tukang duku
malah berlarian ke
arah teman-temannya di
pinggir jalan” Ada Pak Karno,
Ada Pak Karno….”
mereka berlarian ke arah
mobil VW Kodok warna putih
itu dan dengan serta
merta para tukang buah
memberikan buah-buah pada
Bung Karno. Awalnya
Bung Karno tertawa senang, ia
terbiasa menikmati dengan
rakyatnya. Tapi
keadaan berubah kontan
dalam pikiran Bung Karno, ia
takut rakyat yang
tidak tau apa-apa ini lantas
digelandang tentara gara-gara
dekat dengan
dirinya. “Tri, berangkat
….cepat” perintah Bung Karno
dan ia melambaikan
ke tangan rakyatnya yang
terus menerus memanggil
namanya bahkan ada
yang sampai menitikkan air
mata. Mereka tau
pemimpinnya dalam keadaan
susah.
Mengetahui bahwa Bung Karno
sering keluar dari Jalan
Sriwijaya, membuat beberapa
perwira pro Suharto tidak
suka. Tiba-tiba
satu malam ada satu tuk ke
rumah Fatmawati dan mereka
memindahkan Bung
Karno ke Bogor. Di Bogor ia
dirawat oleh Dokter Hewan!…
Taklama setelah Bung Karno
dipindahkan ke Bogor,
datanglah Rachmawati, ia
melihat ayahnya dan menangis
keras-keras saat tau wajah
ayahnya
bengkak-bengkak dan sulit
berdiri. Saat melihat
Rachmawati, Bung Karno
berdiri lalu terhuyung dan
jatuh. Ia merangkak dan
memegang kursi.
Rachmawati langsung teriak
menangis. Malamnya
Rachmawati memohon pada
Bapaknya agar pergi ke
Jakarta saja dan dirawat
keluarga. “Coba aku
tulis surat permohonan kepada
Presiden” kata Bung Karno
dengan suara
terbata. Dengan tangan
gemetar Bung Karno menulis
surat agar dirinya
bisa dipindahkan ke Jakarta
dan dekat dengan anak-
anaknya. Rachmawati
adalah puteri Bung Karno yang
paling nekad. Pagi-pagi setelah
mengambil
surat dari bapaknya, Rachma
langsung ke Cendana rumah
Suharto. D
Cendana ia ditemui Bu Tien
yang kaget saat melihat
Rachma ada di teras
rumahnya. “Lhol, Mbak
Rachma ada apa?” tanya Bu
Tien dengan nada kaget.
Bu Tien memeluk Rachma,
setelah itu Rachma bercerita
tentang nasib
bapaknya. Hati Bu Tien rada
tersentuh dan menggemgam
tangan Rachma lalu
dengan menggemgam tangan
Rachma bu Tien mengantarkan
ke ruang kerja Pak
Harto. “Lho, Mbak
Rachma..ada apa?” kata Pak
Harto dengan nada santun.
Rachma-pun menceritakan
kondisi Bapaknya yang sangat
tidak terawat di
Bogor. Pak Harto berpikir
sejenak dan kemudian
menuliskan memo yang
memerintahkan anak buahnya
agar Bung Karno dibawa ke
Djakarta.
Diputuskan Bung Karno akan
dirawat di Wisma Yaso.
Bung Karno lalu dibawa ke
Wisma Yaso, tapi kali ini
perlakuan tentara lebih keras.
Bung Karno sama sekali tidak
diperbolehkan keluar dari
kamar. Seringkali
ia dibentak bila akan
melakukan sesuatu, suatu saat
Bung Karno tanpa
sengaja menemukan lembaran
koran bekas bungkus sesuatu,
koran itu
langsung direbut dan ia
dimarahi. Kamar Bung Karno
berantakan sekali,
jorok dan bau. Memang ada
yang merapihkan tapi tidak
serius. Dokter yang
diperintahkan merawat Bung
Karno, dokter Mahar Mardjono
nyaris menangis
karena sama sekali tidak ada
obat-obatan yang bisa
digunakan Bung
Karno. Ia tahu obat-obatan
yang ada di laci Istana sudah
dibuangi atas
perintah seorang Perwira
Tinggi. Mahar hanya bisa
memberikan Vitamin dan
Royal Jelly yang sesungguhnya
hanya madu biasa. Jika sulit
tidur Bung
Karno diberi Valium, Sukarno
sama sekali tidak diberikan
obat untuk
meredakan sakit akibat
ginjalnya tidak berfungsi.
Banyak rumorberedar di
masyarakat bahwa Bung Karno
hidup sengsara di Wisma
Yaso,beberapa orang diketahui
akan nekat membebaskan
Bung Karno. Bahkan ada
satu pasukan khusus KKO
dikabarkan sempat menembus
penjagaan Bung Karno
dan berhasil masuk ke dalam
kamar Bung Karno, tapi Bung
Karno menolak
untuk ikut karena itu berarti
akan memancing perang
saudara.
Pada awal tahun 1970 Bung
Karno datang ke rumah
Fatmawati untuk
menghadiri pernikahan
Rachmawati. Bung Karno yang
jalan saja susah
datang ke rumah isterinya itu.
Wajah Bung Karno bengkak-
bengkak. Ketika
tau Bung Karno datang ke
rumah Fatmawati, banyak
orang langsung
berbondong-bondong ke sana
dan sesampainya di depan
rumah mereka
berteriak “Hidup Bung
Karno….hidup Bung
Karno….Hidup Bung
Karno…!!!!!”
Sukarno yang reflek karena ia
mengenal benar gegap
gempita seperti ini,
ia tertawa dan melambaikan
tangan, tapi dengan kasar
tentara menurunkan
tangan Sukarno dan
menggiringnya ke dalam. Bung
Karno paham dia adalah
tahanan politik.
Masuk ke bulan Februari
penyakit Bung Karno parah
sekali ia tidak kuat berdiri,
tidur saja. Tidak boleh ada
orang yang bisa masuk. Ia
sering berteriak kesakitan.
Biasanya penderita penyakit
ginjal memang akan diikuti
kondisi psikis yang kacau. Ia
berteriak ” Sakit….Sakit ya
Allah…Sakit…” tapi tentara
pengawal diam
saja karena diperintahkan
begitu oleh komandan. Sampai-
sampai ada satu
tentara di depan kamar.
Kepentingan politik tak bisa
memendung rasa
kemanusiaan, dan air
mata adalah bahasa paling
jelas dari rasa kemanusiaan
itu.
Hatta yang dilapori kondisi
Bung Karno menulis surat pada
Suharto dan
mengecam cara merawat
Sukarno. Di rumahnya Hatta
duduk di beranda sambil
menangis sesenggukan, ia
teringat sahabatnya itu. Lalu
dia bicara pada
isterinya Rachmi untuk
bertemu dengan Bung Karno.
“Kakak tidak mungkin
kesana, Bung Karno sudah jadi
tahanan politik” Hatta menoleh
pada
isterinya dan berkata “Sukarno
adalah orang terpenting dalam
pikiranku,
dia sahabatku, kami pernah
dibesarkan dalam suasana
yang sama agar
negeri ini merdeka. Bila
memang ada perbedaan
diantara kita itu lumrah
tapi aku tak tahan mendengar
berita Sukarno disakiti seperti
ini”. Hatta
menulis surat dengan nada
tegas kepada Suharto untuk
bertemu Sukarno,
ajaibnya surat Hatta langsung
disetujui, ia diperbolehkan
menjenguk Bung
Karno.
Hatta datang sendirian ke
kamar Bung Karno yang sudah
hampir tidak sadar, tubuhnya
tidak kuat menahan sakit
ginjal. Bung Karno
membuka matanya. Hatta
terdiam dan berkata pelan
“Bagaimana kabarmu,
No kata Hatta ia tercekat mata
Hatta sudah basah. Bung Karno
berkata
pelan dan tangannya berusaha
meraih lengan Hatta “Hoe gaat
het met Jou?”
kata Bung Karno dalam bahasa
Belanda – Bagaimana pula
kabarmu, Hatta –
Hatta memegang lembut
tangan Bung Karno dan
mendekatkan wajahnya, air
mata Hatta mengenai wajah
Bung Karno dan Bung Karno
menangis seperti
anak kecil. Dua proklamator
bangsa ini menangis, di sebuah
kamar yang
bau dan jorok, kamar yang
menjadi saksi ada dua orang
yang memerdekakan
bangsa ini di akhir hidupnya
merasa tidak bahagia, suatu
hubungan yang
menyesakkan dada.
Tak lama setelah Hatta pulang,
Bung Karno meninggal. Sama
saat Proklamasi 1945 Bung
Karno menunggui Hatta di
kamar untuk segera membacai
Proklamasi, saat kematiannya-
pun Bung Karno jugakesalahan
seperti ini lagi
seolah menunggu Hatta dulu,
baru ia berangkat menemui
Tuhan.
Mendengar kematian Bung
Karno rakyat berjejer-jejer
berdiri di jalan.
Rakyat Indonesia dalam kondisi
bingung. Banyak rumah yang
isinya hanya
orang menangis karena Bung
Karno meninggal. Tapi tentara
memerintahkan
agar jangan ada rakyat yang
hadir di pemakaman Bung
Karno. Bung Karno
ingin dikesankan sebagai
pribadi yang senyap, tapi
sejarah akan kenangan
tidak bisa dibohongi. Rakyat
tetap saja melawan untuk
hadir. Hampir 5
kilometer orang antre untuk
melihat jenazah Bung Karno, di
pinggir jalan
Gatot Subroto banyak orang
berteriak menangis. Di Jawa
Timur tentara
yang melarang rakyat melihat
jenasah Bung Karno menolak
dengan hanya
duduk-duduk di pinggir jalan,
mereka diusiri tapi datang lagi.
Tau sikap
rakyat seperti itu tentara
menyerah. Jutaan orang
Indonesia berhamburan
di jalan-jalan pada 21 Juni 1970.
Hampir semua orang yang rajin
menulis
catatan hariannya pasti
mencatat tanggal itu sebagai
tanggal
meninggalnya Bung Karno
dengan rasa sedih. Koran-
koran yang isinya hanya
menjelek-jelekkan Bung Karno
sontak tulisannya memuja
Bung Karno.
Bung Karno yang sewaktu sakit
dirawat oleh dokter hewan,
tidak
diperlakukan dengan secara
manusiawi. Mendapatkan
keagungan yang luar
biasa saat dia meninggal.
Jutaan rakyat berjejer di pinggir jalan,
mereka melambai-lambaikan
tangan dan menangis. Mereka
berdiri kepanasan,
berdiri dengan rasa cinta
bukan sebuah keterpaksaan.
Dan sejarah
menjadi saksi bagaimana
sebuah memperlakukan orang
yang kalah, walaupun
orang yang kalah itu adalah
orang yang memerdekakan
bangsanya, orang
yang menjadi alasan terbesar
mengapa Indonesia harus
berdiri, Tapi dia
diperlakukan layaknya
binatang terbuang, semoga
kita tidak mengulangi.

#maaf, tulisannya kayak gini. hehehehe