Senin, 06 Juli 2015

Ketika kepentingan merancukan

Tidak ada yang namanya pertemanan atau permusuhan abadi, yang ada hanyalah kepentingan. Istilah yang cukup terkenal dikalangan para politisi, pengusaha, penegak hukum, dan pelaku kehidupan bermasyarakat lainnya. Persamaan atau perbedaan akan kepentinganlah yang mendasari suatu pertemanan atau permusuhan. Pertemanan atau permusuhan hanyalah suatu topeng, sandiwara yang dimainkan secara bersama, namun tetap dalam tujuan masing – masing. Kesetiaan dan penghianatan hanya dibatasi oleh suatu benang tipis. Kepentingan.

Sering kali aku melihat fenomena ini. Dan sayangnya, kerap kesamaan tujuan itu hanya bermuara pada materi semata. Para munafik berwajah nabi yang menjilat atasan, bos, teman, rekan untuk sesuap materi atas nama kesetiaan. Kesetiaan yang hanya sebagai sandiwara, permainan konspirasi bersama, agar tujuan pribadi dapat tercapai. Sedangkan penghianatan biasanya muncul saat tujuan pribadi tidak dapat tercapai, yang didasari karena perbedaan kepentingan ataupun upaya menyelamatkan diri.

Memang, persahabatan yang telah tercemar dengan kepentingan duniawi tidak akan bertahan lama. Selama kepentingan pribadi masih tetap sama, maka persahabatan akan terus berjalan. Namun jika kepentingan itu mulai berbeda, tidak ada keuntungan duniawi yang didapat. Bisa jadi seorang sahabat (istilah Jawa slengekan = cs kentel) akan berubah jadi musuh yang berbahaya. Saat itulah akan muncul istilah – istilah “musuh dalam selimut” , “serigala berbulu domba” , “menusuk dari belakang” , “menggunting dalam lipatan”, dll.

Jika sudah seperti ini, muncul tipologi safety player. Orang – orang yang pandai cari selamat untuk dirinya sendiri. Lari dari masalah dan berusaha cari aman. Biasanya akan muncul perkataan “bukan tanggung jawab saya”. Hal ini diperparah jika mulai muncul fenomena saling menyalahkan. Saling lempar masalah dan tanggung jawab. Hingga ada istilah “lempar batu sembunyi tangan”.

Apa yang bisa dilakukan jika kita menghadapi situasi seperti ini. Aku rasa semua tergantung pribadi masing – masing. Setiap orang punya keinginan. Setiap orang punya kepentingan. Semuanya berpotensi untuk menusuk atau ditusuk. Tergantung bagaimana kita menyikapinya. Yang terpenting adalah, selalu berusaha mengedepankan kejujuran dan ketulusan dalam berbagai situsi dan kondisi.




Salman Al F