Tidak ada yang namanya pertemanan atau permusuhan
abadi, yang ada hanyalah kepentingan. Istilah yang cukup terkenal dikalangan para
politisi, pengusaha, penegak hukum, dan pelaku kehidupan bermasyarakat lainnya.
Persamaan atau perbedaan akan kepentinganlah yang mendasari suatu pertemanan
atau permusuhan. Pertemanan atau permusuhan hanyalah suatu topeng, sandiwara
yang dimainkan secara bersama, namun tetap dalam tujuan masing – masing.
Kesetiaan dan penghianatan hanya dibatasi oleh suatu benang tipis. Kepentingan.
Sering kali aku melihat fenomena ini. Dan sayangnya,
kerap kesamaan tujuan itu hanya bermuara pada materi semata. Para munafik
berwajah nabi yang menjilat atasan, bos, teman, rekan untuk sesuap materi atas
nama kesetiaan. Kesetiaan yang hanya sebagai sandiwara, permainan konspirasi
bersama, agar tujuan pribadi dapat tercapai. Sedangkan penghianatan biasanya
muncul saat tujuan pribadi tidak dapat tercapai, yang didasari karena perbedaan
kepentingan ataupun upaya menyelamatkan diri.
Memang, persahabatan yang telah tercemar dengan
kepentingan duniawi tidak akan bertahan lama. Selama kepentingan pribadi masih
tetap sama, maka persahabatan akan terus berjalan. Namun jika kepentingan itu
mulai berbeda, tidak ada keuntungan duniawi yang didapat. Bisa jadi seorang
sahabat (istilah Jawa slengekan = cs
kentel) akan berubah jadi musuh yang berbahaya. Saat itulah akan muncul
istilah – istilah “musuh dalam selimut” , “serigala berbulu domba” , “menusuk
dari belakang” , “menggunting dalam lipatan”, dll.
Jika sudah seperti ini, muncul tipologi safety player. Orang – orang yang pandai
cari selamat untuk dirinya sendiri. Lari dari masalah dan berusaha cari aman.
Biasanya akan muncul perkataan “bukan tanggung jawab saya”. Hal ini diperparah
jika mulai muncul fenomena saling menyalahkan. Saling lempar masalah dan tanggung
jawab. Hingga ada istilah “lempar batu sembunyi tangan”.
Apa yang bisa dilakukan jika kita menghadapi situasi
seperti ini. Aku rasa semua tergantung pribadi masing – masing. Setiap orang
punya keinginan. Setiap orang punya kepentingan. Semuanya berpotensi untuk
menusuk atau ditusuk. Tergantung bagaimana kita menyikapinya. Yang terpenting adalah,
selalu berusaha mengedepankan kejujuran dan ketulusan dalam berbagai situsi dan
kondisi.
Salman Al F