Pelabuhan Tanjung Emas adalah sebuah pelabuhan di
Semarang, Jawa Tengah. Pelabuhan Tanjung Emas dikelola oleh PT Pelabuhan
Indonesia III (Persero) sejak tahun 1985. Pelabuhan ini merupakan satu –
satunya pelabuhan di kota Semarang. Pekerja di kawasan Pelabuhan Tanjung Emas
Semarang meliputi Anak Buah Kapal (ABK), supir truk, karyawan perusahaan, dan
TKBM. Kesemuanya rata – rata berusia produktif dan mobilitasnya cukup tinggi.
Terlebih sopir truk dan Anak Buah Kapal yang sering keluar kota bahkan pulau
selama berhari – hari atau bulan yang menjadikannya jauh dari keluarga atau
pasangan dan sangat beresiko tertular HIV/AIDS atau Infeksi Menular Seksual
(IMS) Melalui transaksi seksual. Keadaan ini diperparah dengan opini masyarakat
Semarang bahwa di kawasan Pelabuhan Tanjung Emas merupakan pusat transaksi
seksual di kawasan semarang utara. Banyak tempat – tempat akses transaksi seksual di kawasan pelabuhan
yang kebanyakan secara sembunyi – sembunyi dan samar seperti di sekitaran Fly
Over yang berkedok cafe karaoke.
Terlebih menurut penuturan para sopir truk di kawasan SRIBOGA pada malam hari
banyak dijumpai para Pekerja Seks Komersil (PSK) yang menyamar menjadi penjual
jamu gendong yang selain menjajakan dagangan jamunya juga ‘nyambi’ menjajakan
seks. Yang paling menjadi tempat favorit para penjaja seks berkedok jamu
gendong menjajakan ‘dagangannya’ adalah di kawasan SRIBOGA. Di kawasan ini
terdapat belasan truk yang sedang antri menunggu DO (Delivery Order) Tepung
yang akan didistribusikan dari PT. SRIBOGA ke seluruh pulau Jawa. Jumlah truk
yang sedang antri menunggu DO bisa mencapai belasan truk tergantung produksi,
bahkan bisa mengantri sampai berhari – hari. Tak ayal banyak para penjaja seks
berkedok jamu gendong yang memanfaatkan situasi sepeti ini untuk menjajakan
‘dagangannya’.
Berikutnya di kawasan pelabuhan yang banyak truk
bongkar muat adalah di Pos 1. Di kawasan ini merupakan tempatnya kapal – kapal
phinisi melakukan bongkar muat berupa bahan – bahan keperluan rumah tangga dan
sembako yang kemudian didistribusikan dari pulau Jawa ke pulau Kalimantan. Populasi
truk yang melakukan bongkar muat di kawasan ini cukup banyak, bisa mencapai 20
– 25 truk perhari. Di kawasan pos 1 ini dulunya terdapat suatu paguyuban supir
truk yang bernama “Pager Mas” dengan anggota sekitar 100 orang. Keanggotaan
paguyuban ini sudah terstruktur dan diketuai oleh Pak Setyoko dimana sering
mengadakan pertemuan – pertemuan untuk membahas berbagai masalah seputar
bongkar muat. Namun saat ini menurut penuturan beberapa anggota, paguyuban ini
sudah bubar dikarenakan masalah internal. Para sopir truk dikawasan pos 1 ini
biasanya menunggu bongkar muat di warung – warung yang banyak berjejer di
kawasan Pos 1. Terdapat sekitar 8 warung yang ada di kawasan Pos 1 dan di sana
dapat kita temui para supir truk sedang menunggu bongkar muat atau sekedar
nongkrong bersama teman – teman supir.
Ada juga di Kawasan Dermaga Kamla. Populasi supir
truk perhari bisa mencapai 15 yang antri bongkar muat. Selain supir truk disana
juga terdapat populasi TKBM yang berkisar 30 orang dan ABK. Di kawasan Dermaga
Kamla ini biasanya supir truk menunggu bongkar muat bukan di warung – warung
seperti di Pos 1 tetapi di dalam atau dipinggiran truknya masing – masing. Hal
ini di karenakan sedikitnya jumlah warung yang ada di kawasan Dermaga Kamla.